Teori Belajar Kognitif Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran
By
Rachmat Santoso
—
Selasa, 09 Desember 2014
—
Pendidikan
BELAJAR MENURUT TEORI
KOGNITIF
Teori
belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya.
Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan
pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif
yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi
pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang elah
dimiliki seseorang.
TEORI PERKEMBANGAN
PIAGET
Menurut Piaget,
proses belajar akan mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi
(penyeimbangan).
-Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan
informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu.
-Proses
akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke situasi
baru.
-Proses
ekuilibrasi adalah penyasuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi.
Sebagai contoh,
seorang anak sudah memahami prinsip pengurangan. Ketika mempelajari prinsip
pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang
sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang
disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal-soal pembagian,
maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah dapat
mengaplikasikan atau memakai prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang baru
dan spesifik.
>>Tahap-tahap
perkembangan kognitif
A
. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Ciri
pokok perkembangannya berdasarkan tindakan , dan dilakukan langkah demi
langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain:
o
Melihat dirinya berbeda dengan objek
sekitarnya
o
Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan
suara
o
Memperhatikan sesuatu lebih lama
o
Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
o
Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap
lalu ingin mengubah tempatnya.
B. Tahap Preoperasional (umur 2-7/8
tahun)
Ciri pokok perkembangan pada
tahap ini adalah pada pengguanaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai
berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu
preoperasional dan intuitif.
- Preoperasioal
(umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam
mengembangkan konsepnya, walaupun masuh sangat sederhana. Maka sering terjadi
kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah :
1) Self counter
nya sangat menonjol.
2) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar
secara tunggal dan mencolok.
3)Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang
berbeda.
4) Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria,
termasuk kriteria yang benar.
5) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi
tidak daapt menjelaskan perbedaan antara deretan.
-
Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh
pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Dalam menarik kesimpulan
sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak
telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutam bagi mereka yang
memiliki pengalaman yang luas. Karakterisitk tahap ini adalah:
1) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek,
tetapi kurang disadarinya.
2) Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap
hal-hal yang lebih kompleks.
3) Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4) Anak mampu memperoleh
prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur
dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan
berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami
bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan
cara yang berbeda.
C. Tahap
Operasional Konkret (umur 7/8 – 11/12 tahun)
Ciri kelompok perkembangan
pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan
logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki
kecakapan berfikit logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat
konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi
objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini
memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya
lebih efektif.
D. Tahap
Operasional Formal (umur 11/12 – 18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada
tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan
pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-de-ductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak,
dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.
Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
1)
Bekerja secara efektif dan sistematis.
2)
Menganalisis secara kombinasi. Dengan
demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, misalnya C1 dan C2
menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
3)
Berpikir secara proporsional, yakni
menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2, dan R misalnya.
4) Menarik
generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula
Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi
berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa
bahkan mahasiswa walaupun usianya telah
melampaui, belum dapat melakukan formal-operations.
TEORI BELAJAR MENURUT BRUNER
Jerome
Bruner (1966) adalah seorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam
studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif manusia
sebagai berikut :
a. Perkembangan intelektual
ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan.
b. Peningkatan pengetahuan
tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis.
c. Perkembangan
intelektualmeliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau
pada orang lain melalui kata –kata atau lambing tentang apa yang telah
dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan
pada diri sendiri.
d. Interaksi secara
sistematis antara pembimbing , guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi
perkembangan kognitifnya.
e. Bahasa adalah kunci
perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia.
Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan
untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
f. Perkembangan kognitif
ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara
simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang
berurutan dalam berbagai situasi.
Dalam
memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap
tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengemukakan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Jika Piaget menyatakan bahwa
perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa
seseorang, maka Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya
terhadap perkembangan kognitif.
Menurut Bruner perkembangan
kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya
melihat lingkungan, yaitu, enactive,
icomic, dan symbolic.
1) Tahap inaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam
memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motoric. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan,
dan sebagainya.
2) Tahap ikomik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya
anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3) Tahap simboik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan
abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan
berlogika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui symbol-simbol
bahasa, logika, mataematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan
menggunakan banyak symbol. Semakin matang seseorang dalam proses berfikirnya.,
semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi
menggunakan enaktif dan ikomik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran
merupakan salah satu bukti masih diperlukannyasistem enaktif dan ikomik dalam
proses belajar.
v Menurut
Bruner seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui 5 unsur
dari konsep itu, meliputi
1. Nama
2. Contoh
baik yang positif maupun negatif
3. Karakteristik,
baik pokok maupun tidak
4. Rentangan
Karakteristik
5. Kaidah
TEORI BELAJAR BERMAKNA AUSUBEL
a) Struktur
kognitif
Merupakan struktur organisasional yang
ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang
terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Teori kognitif banyak memusatkan
perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru
merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
b) Subsumtive
sequence
Dikatakan bahwa pengetahuan diorganisasi
dalam ingatan seseorang dalam struktur hirarkhis. Ini berarti bahwa pengetahuan
yang lebih umum, inclusif, dan abstrak membawahi pengetahuan yang lebih
spesifik dan konkret. Demikian juga pengetahuan yang lebih umum dan abstrak
yang diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan dapat memudahkan perolehan
pengetahuan baru yang lebih rinci. Gagasannya mengenai cara mengurutkan materi
pelajaran dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke rinci yang sering disebut
sebagai subsumtive sequence menjadikan
belajar lebih bermakna bagi siswa.
c) Advance
organizers
Dikembangkan oleh Ausubel merupakan
penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran.
Penggunaan advance organizers sebagai
kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari
informasi baru, karena merupakan
kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa
yang dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur
kogntif siswa. Jika ditata dengan baik, advanced
organizers akanmemudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru,
serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarnya.
d) Skemata
Berdasarkan pada konsepsi
organisasi kognitif seperti yang dikemukakan oleh Ausubel tersebut,
dikembangkanlah oleh para pakar teori kognitif suatu model yang lebih eksplisit
yang disebut dengan skemata. Sebagai struktur organisasional, skemata berfungsi
untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah, atau
sebagai tempat mengaitkan pengetahuan baru. Atau dapat dikatakan bahwa skemata
memiliki fungsi ganda, yaitu :
1) Sebagai skema yang
menggambarkan atau merepresentasikan organisasi pengetahuan. Seseorang yang
ahli dalam suatu bidang tertentu akan dapat digambarkan dalam skemata yang
dimilikinya.
2) Sebagai kerangka atau
tempat untuk mengkaitkan atau mencantolkan pengetahuan baru.
Skemata memiliki fungsi
asimilatif. Artinya, bahwa skemata berfungsi untuk mengasimilasikan pengetahuan
baru ke dalam hirarkhi pengetahuan, yang secara progresif lebih rinci dan
spesifik dalam struktur kognitif seseorang. Inilah proses belajar yang paling
dasar yaitu mengasimilasikan pengetahuan baru ke dalam skemata yang tersusun
secara hierarhkis. Struktur kognitif yang dimiliki individu menjadi faktor
utama yang mempengaruhi kebermaknaan dari perolehan pengetahuan baru. Dengan
kata lain, skemata yang telah dimiliki oleh seseorang menjadi penentu utama
terhadap pengetahuan apa yang akan dipelajari oleh orang tersebut. Oleh sebab
itu maka diperlukan adanya upaya untuk mengorganisasi isi atau materi pelajaran
serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat memudahkan proses asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif orang yang belajar.
Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai
suatu aktivitas belajara yang berkaitan dengan penataan informasi,
reorganisasi persepsual, dan prosese
intelektual. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif
ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan
strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang
dilakukan dalam pendekatan behavioristic. Kebebasan dan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agara belajar lebih
bermakana bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Siswa bukan sebagai orang
dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan
kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2) Anak usia pra sekolah dan
awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan
benda-benda kongkrit.
3) Keterlibatan siswa secara
aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa
maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi
dengan baik.
4) Untuk menarik minat dan
menigkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi beru
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
5) Pemahaman dan retensi
akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau
logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6) Belajar memahami akan
lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar makna, informasi baru harus
disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas
guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa
yang telah diketahui siswa.
7) Adanya perbedaan
individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada
motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
Dari
pemahaman di atas, maka langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh
masing-masing tokoh tersebut berbeda. Secara garis besar langkah-langkah
pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat
digunakan. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah
pembelajaran menurut Piaget:
1. Menentukan tujuan
pembelajaran.
2. Memilih materi pelajaran.
3. Menentukan topik-topik
yang dapat dipelajari siswa secara aktif.
4. Menentukan kegiatan
belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan
masalah, diskusi, stimulasi, dan sebagainya.
5. Mengembangkan metode
pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berpikir siswa.
6. Melakukan penilaian
proses dan hasil belajar siswa.
Langkah-langkah
pembelajaran menurut Bruner :
1. Menentukan tujuan
pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi
karakteristtik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran.
4. Menentukan topik-topik
yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke
generalisasi).
5. Mengembangakan
bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya
untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topik-topik
pelajaran dari sederhana ke kompleks, dari konkret ke abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik, sampai ke simbolik.
7. Melakukan penilaian
proses dan hasil belajar siswa.
Langkah-langkah
pembelajaran menurut Ausubel :
1. Menentukan tujuan
pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi
karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran
sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti.
4. Menentukan
topik-topik dan menampilkannya dalam
bentuk advance organizer yang akan
dipelajari siswa.
5. Mempelajari konsep-konsep
inti tersebut , dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret.
6. Melakukan penilaian
proses dan hasil belajar siswa
Sumber :
Artikel ini merupakan rangkuman dari materi yang terdapat di buku "Asri Budiningsih, C. 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta."
[RS]
Klik Like & Share jika postingan ini bermanfaat
Apa tanggapan Anda?
Berikan tanggapan Anda melalui kolom komentar yang telah disediakan.
- Gunakan bahasa yang sopan;
- Saat menjadikan postingan pada blog ini sebagai referensi, jangan lupa mencantumkan sumbernya (link dari blog ini).
Jika blog ini bermanfaat jangan lupa memberikan 'like' atau 'share' untuk mendapatkan update terbaru.
Terima kasih