Tentang E-Learning - nblognlife

Tentang E-Learning

A. Pengertian E-Learning
            E-learning merupakan singkatan dari Elektronic Learning, merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai sistem pembelajarannya. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa ahli mencoba menguraikan pengertian e-learning menurut versinya masing-masing, diantaranya :
  • Jaya Kumar C. Koran (2002) : e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
  • Dong (dalam Kamarga, 2002) : e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
  • Rosenberg (2001) : menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
  • Darin E. Hartley [Hartley, 2001] : eLearning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
  • LearnFrame.Com dalam Glossary of eLearning Terms [Glossary, 2001] : eLearning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.
            E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum.
            E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).

B. Teori yang melandasi Pengembangan E-Learning
            Lahirnya  konsep  e-learning  hingga  terus  berkembang  dan  mencapai  bentuk-bentuk aplikasinya  yang sekarang didukung oleh beberapa paradigma pendidikan seperti paradigm pembelajaran, pola-pola pembelajaran dari Barry Morries, konsep e-learning resources dll. Thorpe  (2002)  menyebutkan  bahwa  kegiatan  pembelajaran  secara  elektronik  (elearning) memiliki  makna  yang sama dengan makna pendidikan  pada  umumnya. Maka dari itu,  ada  beberapa  pedagogi  yang  bisa  diterapkan  ke  dalam  kegiatan  e -learning  tersebut.
Weller (2002) membuat daftar pedagogi-pedagogi tersebut sebagai berikut:
1.  Konstruktivisme (Constructivism);
2.  Pembelajaran Berbasis Sumber Daya (Resource-based Learning);
3.  Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning);
4.  Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning);
5.  Pengajaran Naratif (Narrative-based teaching);
6.  Pembelajaran Terkondisi (Situated Learning).
            Pada  dasarnya,  teknologi  (apapun  bentuknya)  memiliki  sifat  yang  netral.  Sehingga dalam pendidikan, kita bisa mencoba melakukan penerapan berbagai pendekatan pendidikan atau pedagogis terhadap teknologi tersebut, dalam hal ini teknologi pendukung  e-learning.
1.  Konstruktivisme (Constructivism)
            Pendekatan  konstruktivisme  memandang  bahwa  peserta  didik mengkonstruk/membangun  sendiri  pengetahuan  yang  akan  mereka  miliki. Pengkonstrukan  (pembangunan)  pengetahuan  tersebut  dilakukan  berdasarkan pengalamannya sendiri atau dari pengalaman orang lain. Unsur terpenting dalam teori ini  ialah  seseorang  membina  pengetahuan  dirinya  secara  aktif  dengan  cara membandingkan  informasi  baru  dengan  pemahamannya  yang  sudah  ada.  Bahan pengajaran  yang  disediakan  perlu  mempunyai  perkaitan  dengan  pengalaman  peserta didik untuk menarik minat mereka.
            Konstruktivisme  memiliki  kaitan  erat  dengan  pembelajaran  elektronik  (elearning), karena dalam  e-learning  siswa melakukan pembelajarannya secara mandiri melalui bahan-bahan ajar yang disampaikan melalui situs web.

2.  Pembelajaran Terkondisi (Situated Learning)
            Pendekatan terkondisi pertama kali dikemukakan oleh Jean Lave dan Etienne Wenger pada tahun 1991 sebagai sebuah model pembelajaran dalam suatu komunitas belajar.  Lave  dan  Wenger  berpendapat  bahwa  pembelajaran  bukan  hanya  sekedar proses  transmisi  ilmu  pengetahuan  yang  terbatas  dari  guru  dan  murid  saja,  tetapi pembelajaran  itu  haruslah  menjadi  sebuah  proses  sosial  di  mana  pengetahuan  pada peserta didik terkonstruksi oleh pemahaman mereka sendiri.
            Teori  ini  juga  bisa  menjadi  pendukung  bagi  pembelajaran  elektronik  (elearning),  di  mana  dalam  aplikasinya,  peserta  didik  bisa  saling  berinteraksi  dalam sebuah  forum,  mailing  list,  chatbox  atau  bulletin  board  untuk  saling  bertukar informasi dan membangun pemahaman bersama terhadap suatu materi pembelajaran.

3.  Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)
            Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah strategi pembelajaran yang berpusat  kepada  peserta  didik  (student-centered  learning),  di  mana  peserta  didik bekerja  secara  kolaboratif  untuk  memecahkan  masalah  dan  menyerap  intisari  dari pengalaman belajar mereka untuk dijadikan sebuah pengetahuan.
            Dalam  e-learning,  teori  ini  bisa  diterapkan  saat  peserta  didik  dituntut  untuk berkomentar terhadap  materi  perkuliahan  yang  diberikan.  Komentar  dari  mahasiswa tersebut  kemudian  akan  dijadikan  sebagai  sebuah  patokan  oleh  dosen  untuk memberikan penilaian terhadap mahasiswa yang bersangkutan.

            Selain  berpedoman  kepada  tiga  teori  pembelajaran  di  atas,  pengembangan  sebuah aplikasi  e-learning  hendaknya  juga  diarahkan  agar  mampu  memenuhi  empat  filosofi learning seperti yang dikemukakan Cisco dalam Rusman (2009: 198) sebagai berikut:
1.    e-Learning  merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan dan pelatihan  secara online;
2.   e-Learning  menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara  konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan  pelatihan  berbasis  komputer)  sehingga  dapat  menjawab  tantangan  perkembangan  globalisasi;
3.   e-Learning  ti dak  berarti  menggantikan  model  belajar  konvensional  di  dalam  kelas, tetapi  memperkuat  model  belajar  tersebut  melalui  pengayaan  content  dan pengembangan teknologi pendidikan;
4.  Kapasitas  peserta  didik  amat  bervariasi  tergantung  pada  bentuk,  isi  dan  cara  penyampaiannya.  Makin  baik  keselarasan  antar  content  dan  alat  penyampai  dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas  peserta didik  yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.

C. Karakteristik e-Learning
            Pemanfaatan  e-learning  yang  baik  akan  mendorong  terciptanya  lingkungan  belajar yang  berpusat  pada  siswa  (student-centered  learning),  karena  e-learning  menuntut  peserta didik  untuk  belajar  secara  mandiri  dan  mengkonstruk  ilmu  pengetahuannya  sendiri.  Hal tersebut  sesuai  dengan  karakteristik  e-learning  yang  dikemukakan  oleh  Riyana  (2007) sebagai berikut:
1.    Daya  tangkap  siswa  terhadap  materi  pembelajaran  tidak  tergantung  kepada instruktur/guru, karena siswa mengkonstruk sendiri ilmu pengetahuannya melalui bahan-bahan ajar yang disampaikan melalui interface situs web;
2.    Sumber  ilmu  pengetahuan  tersebar  di  mana-mana  serta  dapat  diakses  dengan  mudah  oleh  setiap  orang.  Hal  ini  dikarenakan  sifat  media  Internet  yang mengglobal dan bisa diakses oleh siapapun yang terkoneksi ke dalamnya;
3.    Pengajar/lembaga pendidikan berfungsi sebagai mediator/pembimbing;
4.    Diperlukan  sebuah  restrukturisasi  terhadap  kebijakan  sistem  pendidikan, kurikulum  dan  manajemen  yang  dapat  mendukung  pemanfaatan  Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pendidikan secara optimal.

            Empat karakteristik di atas merupakan hal yang membedakan e-learning dari kegiatan
pembelajaran  secara  konvensional.  Dalam  e-learning,  daya  tangkap  peserta  didik  terhadap materi  pembelajaran  tidak  lagi  tergantung  kepada  instruktur/pengajar,  karena  peserta  didik mengkonstruk  sendiri  ilmu  pengetahuannya  melalui  bahan-bahan  ajar  yang  disampaikan melalui  interface  aplikasi  e-learning.  Dalam  e-learning  pula,  sumber  ilmu  pengetahuan tersebar  di  mana-mana  serta  dapat  diakses  dengan  mudah  oleh  setiap  orang.  Hal  ini dikarenakan  sifat  media  internet  yang  mengglobal  dan  bisa  diakses  oleh  siapapun  yang terkoneksi ke dalamnya. Terakhir, dalam  e-learning  pengajar/lembaga pendidikan berfungsi sebagai  mediator/pembimbing.  Hal  ini  berkebalikan  dengan  kegiatan  pembelajaran konvensional  di  mana  pengajar/lembaga  pendidikan  berfungsi  sebagai  sumber  utama  ilmu pengetahuan. 

D.  Fungsi e-Learning
            e-Learning  sebagai  suatu  model  pembelajaran  yang  baru  memiliki  beberapa  fungsi terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas ( classroom instruction). Siahaan dalam Kamil (2010), memaparkan fungsi  e-learning tersebut sebagai berikut:
1.    Suplemen; Dikatakan berfungsi sebagai suplemen atau tambahan apabila peserta didik  mempunyai  kebebasan  memilih,  apakah  akan  memanfaatkan  materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran.
2.    Komplemen;  Dikatakan  berfungsi  sebagai  komplemen  atau  pelengkap  apabila materi  pembelajaran  elektronik  diprogramkan  untuk  melengkapi  materi pembelajaran  yang  diterima  siswa  di  dalam  kelas  (Lewis:  2002).  Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi  reinforcement  atau  remedial  bagi  peserta  didik  di  dalam  mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
3.    Substitusi;  Beberapa  perguruan  tinggi  di  negara  maju  memberikan  beberapa alternatif  model  kegiatan  pembelajaran/perkuliahan  kepada  para  mahasiswanya. Tujuannya  agar  para  mahasiswa  dapat  secara  fleksibel  mengelola  kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa.

E.  Model-Model e-Learning
Berdasarkan definisi dari ASTD, e-learning bisa dibagi ke dalam empat model, yaitu:
1.  Web-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Web)
            Pembelajaran  berbasis  web  merupakan  “sistem  pembelajaran  jarak  jauh  berbasis teknologi  informasi  dan komunikasi dengan antarmuka web” (Munir 2009: 231).  Dalam  pembelajaran  berbasis  web,  peserta  didik  melakukan  kegiatan pembelajaran  secara  online  melalui  sebuah  situs  web.  Merekapun  bisa  saling berkomunikasi  dengan  rekan-rekan  atau  pengajar  melalui  fasilitas  yang  disediakan oleh situs web tersebut.
2.  Computer-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Komputer)
            Secara sederhana, pembelajaran berbasis komputer bisa didefinisikan sebagai kegiatan  pembelajaran  mandiri  yang  bisa  dilakukan  oleh  peserta  didik  dengan menggunakan  sebuah  sistem  komputer.  Rusman  (2009:  49)  mengemukakan  bahwa pembelajaran  berbasis  komputer  merupakan  “...  program  pembelajaran  yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan  software  komputer yang berisi tentang judul, tujuan, materi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.”
3.  Virtual Education (Pendidikan Virtual)
            Berdasarkan  definisi  dari  Kurbel  (2001),  istilah  pendidikan  virtual  merujuk kepada  suatu  kegiatan  pembelajaran  yang  terjadi  di  sebuah  lingkungan  belajar  di mana pengajar dan peserta didik terpisah oleh  jarak dan/atau waktu. Pihak pengajar menyediakan  materi-materi  pembelajaran  melalui  penggunaan  beberapa  metode seperti aplikasi LMS, bahan-bahan multimedia, pemanfaatan internet, atau konferensi video. Peserta didik menerima mater-materi pembelajaran tersebut dan berkomunikasi dengan pengajarnya dengan memanfaatkan teknologi yang sama.
4.  Digital Collaboration (Kolaborasi Digital)
Kolaborasi  digital  adalah  suatu  kegiatan  di  mana  para  peserta  didik  yang berasal  dari  kelompok  yang  berbeda  (kelas,  sekolah  atau  bahkan  negara  bekerja) bersama-sama dalam  sebuah proyek/tugas, sambil berbagi  ide dan  informasi dengan seoptimal mungkin memanfaatkan teknologi internet.

F. Strategi E-Learning
            Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :
·      Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari; contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya
·     Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
·     Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari mahasiswa.
·     Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara sumber ahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut.
·     Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami suatu materi dengan cara melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus menyediakan informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa. Mempelajari sesuatu dengan cara menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning). Mahasiswa diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut.

G.   Teknologi E-Learning
Beberapa produk teknologi e-learning dalam pembelajaran meliputi:
1. Audio Conreferencing
       Merupakan salah satu teknologi e-learning teraktif  paling sedarhana dan relative murah untuk menyelenggarakan distance learning. Audio conferencing adalah konferensi langsung dalam bentuk audio (suara) antar dua orang atau lebih yang berada pada tempat berbeda, bahkan dapat melibatkan peserta yang banyak pada lokasi yang tersebar dan berbeda.
2. Videobroadcasting
       Penggunaan program e-learning dengan Videobroadcasting lebih banyak digunakan dibandingkan dengan audio conferencing. Hal ini karena sifat Videobroadcasting yang audio visual. Dalam prinsip belajar diungkapkan bahwa belajar akan lebih berhasil jika melibatkan banyak indera. Sasaran peserta dalam jumlah yangbesar (massal) dan menyebar (dispersed). Sebagai media transaksi pada umumnya menggunakan media satelit. Peserta mengikuti program pembe,ajaran melalui  Videobroadcasting dengan cara melihat dan mendengar pesawat televise yang berhubung ke stasiun tertentu melalui antenna penerima biasa atau antena parabola yang dilengkapi decoder khusus. 
3.  Videoconferencing
Teknologi multimedia Videoconverencing dapat memungkinkan seluruh peserta didik melihat, mendengar dan bekerja sama secara langsung. Sesuai dengan namanya, fungsi Videoconverencing memberikan visualisasi secara langsung dan lengkap kepada seluruh peserta didik dengan menggunakan multimedia (video, audio dan data).

Sesuai dengan model pengembangan pembelajaran maka disusun prosedur pengembangan sebagai berikut. :
a.  Menentukan matapelajaran yang akan dikembangkan
        Langkah pertama dalam menentukan mata pelajaran yang akan dikembangkan adalah mengkaji situasi lapangan dengan cara observasi langsung terhadap system pembelajaran khususnya dalam matapelajaran yang akan dikembangkan dalam bentuk e-learning.
b.  Mengembangkan web based learning
Untuk mengembangkan WBL dilakukan dalam beberapa langkah yakni ;
·    Menentukan tujuan umum pembelajaran
·    Menentukan tujuan khusus pembelajaran
·    Menentukan karakter siswa
·    Menyusun materi pembelajaran
·    Mendesain software WBL dilakukan dengan dua langkah yaitu (1) menentukan jenis software dan hardware yang digunakan dan (2) menysun alur program pengembangan software WBL
·     Membuat system keamanan data WBL , proteksi data dalam WBL ini adalah dalam rangka bertujuan untuk perlindungan hak cipta bagi pengembang serta perlindungan data terhadap penyalahgunaan informasi.
c. Memproduksi WBL
     Setelah dihasilkan alur programWBL maka dapat dimulai memproduksi software sesuai alur. Dalam memproduksi pembelajaran terlebih dahulu dilakukan pengkajian isi pembelajaran oleh ahli bidang studi.
d.  Menyusun petunjuk penggunaan program
     Menyusun petunjuk penggunaan program meliputi penjelasan tujuan program dan petunjuk menjalankan program.
e. Menyediakan jaringan
       Komponen hardware dan software serta beberapa persyaratan hardware lain yang harus ada  untuk mengimplementasikan WBL, yaitu jaringan local (intranet), dan jaringan interkoneksi internasional (internet).
f. Proses instalasi produk pembelajaran
       Hal ini dilakukan dengan mendaftarkan alamat virtual kedalam IIS agar dapat diakses oleh siswa. Jika WBL diletakkan dalam internet maka sebelumnya harus dipesan alamat web tersebut agar bisa terdaftaar dalam internet. 

Metode penyampaian bahan ajar di e-Learning ada dua:
1.  Synchrounous e-LearningGuru dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda. Nah peran teleconference ada di sini. Misalnya saya mahasiswa di Universitas Negeri Malang mengikuti kuliah lewat teleconference dengan professor yang ada di Stanford University. Nah ini disebut dengan Synchronous e-Learning. Yang pasti perlu bandwidth besar dan biaya mahal. Jujur saja Indonesia belum siap di level ini, dalam sudut pandang kebutuhan maupun tingginya biaya. Tapi ada yang main hajar saja (tanpa study yang matang) mengimplementasikan synchronous e-Learning ini. Hasilnya peralatan teleconference yang sudah terlanjur dibeli mahal hanya digunakan untuk coffee morning, itupun 6 bulan sekali.
2. Asynchronous e-LearningGuru dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda. Nah disinilah diperlukan peranan sistem (aplikasi) e-Learning berupa Learning Management System dan content baik berbasis text atau multimedia. Sistem dan content tersedia dan online dalam 24 jam nonstop di Internet. Guru dan siswa bisa melakukan proses belajar mengajar dimanapun dan kapanpun. Tahapan implementasi e-Learning yang umum, Asynchronous e-Learning dimatangkan terlebih dahulu dan kemudian dikembangkan ke Synchronous e-Learning ketika kebutuhan itu datang.

H.    Fitur E-learning                
 E-learning memiliki fitur-fiturs ebagai berikut (Clark & Mayer, 2008, p. 10):
·    Konten yang relevan dengan tujuan belajar.
·    Menggunakan metode instruksional seperti;contoh dan praktek untuk membantu belajar.
·    Menggunakan elemen media seperti;kalimat dan gambar untuk mendistribusikan konten dan metode belajar.
·    Pembelajaran dapat secara langsung dengan instruktur ataupun belajasecara individu
·    Membangun wawasan dan teknik baru yang dihubungkan dengan tujuan belajar.

I. Aspek Penting Dalam E-Learning
·     E-learning menciptakan solusi belajar formal dan informal. Salah satu kesalahan berpikir tentang e-learning adalah e-learning hanya menciptakan sistem belajar secara formal, seperti dalam bentuk kursus. Namun faktanya adalah saat ini 80% pembelajaran didapat secara informal. Banyak orang saat beraktivitas sehari-hari dan menghadapi suatu masalah membutuhkan solusi secepatnya. Dalam hal ini, e-learning haruslah memiliki karakteristik berikut: a. just in time –tersedia untuk pengguna ketika mereka membutuhkannya untuk menyelesaikan tugasnya. b. on-demand – tersedia setiap saat. c. bite-sized – tersedia dalam ukuran yang kecil agar dapat digunakan secara cepat.
·     E-learning menyediakan akses ke berbagai macam sumber pembelajaran baik itu konten ataupun manusia. Kesalahan lainnya dalam berpikir tentang e-learning bahwa e-learning hanya membuat konten saja. Sebenarnya e-learning adalah sebuah aktivitas sosial. E-learning menyediakan pengalaman belajar yang kuat melalui komunitas online pengguna e-learning. Karena manusia adalah makhluk sosial, jadi ada banyak kesempatan untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berbagi ilmu antara sesama pengguna e-learning.
·     E-learning mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama. E-learning bukan aktivitas individu saja, tetapi juga mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama, baik untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berbagi ilmu, dan membentuk sebuah komunitas online yang dapat dilakukan secara langsung (synchronous) atau tidak langsung (asynchronous).
·     E-learning membawa pembelajaran kepada pelajar bukan pelajar ke pembelajaran. Bentuk pembelajaran tradisional bahwa pelajar harus pergi keluar untuk mencari pembelajaran mereka sendiri.

J. Kelebihan dan Kekurangan E-Learning
1. Kelebihan E-Learning
            Berdasarkan  karakteristik  yang dibahas pada poin sebelumnya,  maka  e-learning  memiliki  kelebihan tersendiri bila dipandang sebagai sebuah alternatif untuk model pembelajaran konvensional.
            Lebih lanjut, Riyana (2007: 22) menyebutkan kelebihan-kelebihan tersebut sebagai berikut:
1.  Interactivity (Interaktifitas); tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik  secara  langsung  (synchronous),  seperti chatting atau messenger atau tidak langsung (asynchronous), seperti forum, mailing list atau buku tamu.
2.  Independency  (Kemandirian);  fleksibilitas  dalam  aspek  penyediaan  waktu, tempat,  pengajar  dan  bahan  ajar.  Hal  ini  menyebabkan  pembelajaran  menjadi lebih terpusat kepada siswa (student-centered learning).
3.  Accessibility  (Aksesibilitas); sumber-sumber belajar menjadi lebih mudah diakses melalui pendistribusian di jaringan Internet dengan akses yang lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran konvensional.
4.  Enrichment  (Pengayaan);  kegiatan  pembelajaran,  presentasi  materi  kuliah  dan materi  pelatihan  sebagai  pengayaan,  memungkinkan  penggunaan  perangkat teknologi informasi  seperti video streaming, simulasi dan animasi.

2. Kekurangan E-Learning
            Pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai keritik (Bullen,2001 dan Beam,1997), antara lain :
1. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek social dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis / komersial.
3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung kearah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran menggunakan ICT.
5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6. tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
7. kurangnya tenaga yang mengtahui dan memiliki keterampilan internet.
8. kurangnya penguasaan bahasa komputer.

K. Kendala-kendala e-learning
Kendala atau hambatan dalam penyelenggaraan e-learning, yaitu (Effendi, 2005) :
a.   Investasi. Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pendidikan, akan tetapi memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya.
b.   Budaya. Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer.
c.   Teknologi dan infrastruktur. E-learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan handal, dan teknologi yang tepat.
d.   Desain materi. Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk yang learner-centric. Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang berpengalaman dalam membuat suatu paket pelajaran e-learning yang memadai.

Sumber : 
- Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh. Bandung: Alfabeta.
- Riyana, C. (2007). Konsep Dasar e-Learning. Dokumen presentasi pada perkuliahan e-learning di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
- Rusman. (2009). “Pemanfaatan Internet untuk Pembelajaran”, dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
- Martin Weller, Delivering On The Net, London and New York, 2002.
- Darin E. Harley, Selling E-Learning, American Society for Training and Development, 2001, hlm, 1.
- Lewis, Diane E. 2002. “A Departure from Training by the Book, More Companies Seeing Benefits of E-Learning”, The Boston Globe, Globe Staff, 
- Internet



[RS] 

Klik Like & Share jika postingan ini bermanfaat
Apa tanggapan Anda?

Berikan tanggapan Anda melalui kolom komentar yang telah disediakan.
- Gunakan bahasa yang sopan;
- Saat menjadikan postingan pada blog ini sebagai referensi, jangan lupa mencantumkan sumbernya (link dari blog ini).

Jika blog ini bermanfaat jangan lupa memberikan 'like' atau 'share' untuk mendapatkan update terbaru.

Terima kasih